Running Text

Selamat Datang di Blog yang Sederhana ini. Blog ini masih dalam pengembangan. Salam Sukses Mulia!!!

Kamis, 25 Agustus 2011

Hypnoparenting : Reno Sayang Ayah


Pengantar : Artikel yang penting untuk dibaca oleh setiap orang tua yang merasa memiliki anak yang bermasalah, sulit diatur, atau suka membantah, berdasarkan pengalaman pribadi penulis ketika melakukan Hypnotherapy kepada seorang anak. Ditulis oleh: Budhi Hartanto CH.

Di suatu siang yang panas, saya mendapat sebuah telepon mendadak dari seorang ibu. Suaranya terdengar serak dan terputus-putus terbawa emosi ketika mengadukan persoalan anak laki-lakinya yang nakalnya minta ampun. Ia habis akal dalam menghadapi anaknya yang masih di kelas 7 di sebuah SMPN Solo.

Betapa tidak..di usianya tersebut jari-jarinya sudah terlatih memegang rokok, dan tidak tanggung-tanggung ia juga bersikap dermawan dengan membagi-bagi rokoknya ke teman-teman SMPnya, justru di depan mata ibunya. Bahkan ketika di kamar rumah pun, dengan santai Ia merokok sambil menebarkan abunya kemana-mana hingga lantai kamarnya rata dengan abu rokok.

Terkadang semalam dua malam ia menghilang dan tidak pulang ke rumah tanpa pamit. Bila marah ia suka membanting-banting dan memecah barang di rumah. Ia juga gemar memukuli adiknya bila merasa terganggu. Membolos sekolah juga jadi aksi favoritnya. Rapor mid semester kemarin mendapat nilai kebakaran yang cukup banyak, sekolahan mewarning bila tidak ada perubahan bisa jadi tahun depan tidak naik kelas. Begitu tutur sang ibu, sebut saja Ibu Ria, dengan panjang lebar. Kita sih… manggut-manggut saja sambil merasakan HP yang semakin panas karena kelamaan ngomongnya ..he..he.he... Akhirnya disepakati untuk besok sorenya Bu Ria akan datang dengan mengajak anaknya, yang kita sebut saja Reno, ke kantor.

Esok harinya, seperti yang dijanjikan Bu Ria datang bersama Reno, dan sebagaimana rencana pula kali ini saya berduet dengan sesama hypnoterapis Akh Didik Hermawan. Setelah ngobrol ngalor ngidul untuk memecah kebekuan, pembicaraan mulai terarah kearah persoalan yang dimaksud. Akh Didik mulai mempassing-leading Reno dengan obrolan gaya anak muda dan sukses bro….akhirnya tercapai kesepakatan bahwa Reno mau mengobrol lebih jauh lagi asal tidak ditunggui ibunya. Sang ibu pun kami persilakan duduk di luar, mohon maaf ya bu…!

Kami melanjutkan ngobrol tentang apa itu hypnosis dan apa itu hypnoterapi. Di luar dugaan Reno ternyata cukup antusias dengan hypnosis, Katanya, “ sekarang banyak disiarkan di TV-TV”. Kubilang, “ Kalau yang kayak di televisi… itu sih hypnosis yang paling gampang…cuma untuk lucu-lucuan, hypnosis sangat bermanfaat bila digunakan untuk pengembangan diri. Reno, mau nggak mengempowering diri dengan metode hypnosis? Kalau mau, tu Mas Didik mau ngajarin”, kataku lagi. Akhirnya kesepakatan terjadi dan inilah kurang lebih percakapan kami :

Didik : Dik Reno, mau belajar hipnomotivation nggak?
Reno : Mau Mas, nggak sulit kan?
Didik : Gampang lah…Dik Reno tinggal ikuti kata-kata dan perintah sugesti dari saya saja kok. Oke…sekarang perhatikan mata saya….ctaak (menjentikkan jari)…TIDUR……! (He..he..he..jangan kaget saudara-saudara..sebelumny
a Reno dah kita tes sugestifitas dulu bro…dan Reno ini termasuk tinggi tingkat sugestifitasnya maka dengan cepat Reno bisa memasuki kondisi relaksasi yang dalam. Kemudian setelah dilakukan deepening secukupnya Akh Didik mulai beraksi).
Didik : Dik Reno saya mau bertanya pada akal bawah sadar anda dan tolong dijawab dengan jujur ya!
Reno : Ya mas… (posisi kelopak mata tertutup)
Didik : Bagaimana perasaan Reno sekarang ini?
Reno : Sebal mas…rasanya pengin marah terus…
Didik : Reno merasa sebel….pengin marah…itu karena apa dan sebenarnya ditujukan kepada siapa?
Reno : Semua orang…..karena semuanya ndak ada yang mau ngerti saya..
Didik : Bisa diperjelas lagi..kapan Reno merasa pengin marah ke semua orang?
Reno : Sewaktu ayah pulang ke rumah….Setiap pulang ke rumah ayah selalu menyiapkan jadwal tugas yang harus dikerjakan Reno selama Ayah kerja.
(Ayah Reno kerja di Jakarta dan setiap 2 pekan atau sebulan sekali pulang ke Solo Ketika menjawab ini kelopak mata Reno terlihat berkedut-kedut cepat dan kelihatan mulai gelisah , nafasnya juga mulai agak cepat).
Didik : Reno merasakan apa pada saat itu?
Reno :( Reno terdiam beberapa saat dan tiba-tiba terlihat butiran air mata mulai mengembun di sudut matanya)..Reno merasa nggak nyaman….Reno ingin bersantai dengan Ayah….Reno kangen ayah…
Didik : Reno sayang dengan ayah Reno?
Reno : ( Badannya bergetar keras…dan air matanya mulai membanjir….suaranya serak tertahan-tahan..)..Ya…Reno sayang Ayah….tapi ayah ndak pernah ada…..ketika ayah pulang…Reno tidak bisa mengajak bersantai..Ayah marah..bila tugas Reno tidak selesai…Ayah juga memukul Reno….
Didik : Reno….sekarang imajinasikan ayahmu duduk di kursi di depanmu dan katakan apa yang mau Reno katakan..
Reno : (Air matanya semakin membanjir dan badannya berkeringat, suaranya makin parau dan tertahan-tahan)..Reno sayang ayah….Reno kangen…..jangan pukul Reno lagi yah….Reno pengin jalan-jalan sama ayah…Reno nggak pengin nakal…Reno sayang Ayah….
Didik : Reno..maukah kamu memaafkan ayahmu? Lihatlah…ayahmu juga ingin memelukmu..
Reno : (Tangannya menggapai-gapai ke depan dan melakukan gerakan seakan-akan sedang merangkul, tangisnya semakin membanjir)…Ayah…….ayah….ayah….

Sesi di atas masih kita teruskan dengan pemberian sugesti-sugesti positif untuk Reno. Setelah selesai Reno kami minta bermain di luar kemudian ganti Bu Ria kami minta masuk. Kami ceritakan apa yang terjadi selama sesi Reno tadi, Bu Ria tercenung matanya juga mulai berkaca-kaca dan akhirnya airnya mengembun di sudut matanya. Kemudian mengalirlah cerita tentang suaminya, tentang hambatan komunikasinya, tentang belum sinkronnya pola asuh anak antara Bu Ria dengan suaminya.. dst….dst… Dengan halus saya katakan,”…Ibu…dari 100% kasus kenakalan anak yang telah diterapi…terbukti letak persoalan bukan pada sang anak tetapi justru 95% terletak pada orang tua anak. Sebenarnya Reno tadipun juga hanya kita beri motivasi-motivasi agar lebih tegar, tetapi itu tidak akan menyelesaikan masalahnya. Kami sebagai terapis tidak bisa berbuat apa-apa. Kalau kita ingin anak kita berubah, sebaiknya orang tua dululah yang harus berubah. Anak butuh didampingi bukan dibebani, kalau mereka berulah sebenarnya perhatian kitalah yang perlu ditambah. Mohon ini didiskusikan dengan suami ibu untuk kebaikan anak ibu”.

Setelah Bu Ria dan Reno pamit pulang…sungguh kami juga masih tercenung. Membayangkan apa yang kira-kira dirasakan oleh anak-anak kami di rumah, bahagiakah mereka dengan orang tua ini? Dan ketika saya menulis catatan ini tak terasa air mata pun meluncur turun, di samping meja kulihat anak keduaku tertidur lelap menungguiku mengetik. Pertanyaan itu kembali mengguncangku…bahagiakah anakku dengan orang tuanya ini? Bagaimana dengan anda? Allahu Rabbi…kuatkan kami..!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih telah berkunjung ke blog saya. Silahkan isi komentar anda

Tentang Blog Ini

Blog ini adalah sarana untuk menyimpan file dan berbagi tentang apapun. Sehingga dapat berguna dimanapun berada.

Pengunjung